Tuntunan Amaliah Ramadhan Warga Nahdhiyyin

Suteja, (2015) Tuntunan Amaliah Ramadhan Warga Nahdhiyyin. Aksarasatu, Cirebon. ISBN -

[img]
Preview
Text
11. AMALIYAH RAMADLAN-NU.pdf

Download (1MB) | Preview

Abstract

Ahulussunnah wal Jama’ah (ASWAJA) adalah satusa-tunya firqoh ummat Islam yang, berdasarkan sejarah kelahiran dan ideologinya, sampai sekarang masih tetap survive . Dia satusatunya aliran keagamaan (madzhab) dalam Islam yang a politik dalam arti lahir bukan dari induk politik, atau dikendalikan oleh kelompok kepentingan atau untuk tujuan politik. Abu Hasan al-Asy’ari sebagai pendiri madzhab kalam (teologis) aliran ini adalah cucu seorang sahabat pembela Ali bin Abu Tholib, yang dikenal karena dia seorang hafidz dan zahid. Murid-murid Abu Hasan al-Asy’ari, seperti Imm al-Baqillani, Ibnu Mujahid, Imam al-Haramayn dan al-Ghazali, semuanya para ilmuwan yang sepanjang hayatnya diabdikan untuk kepentingan pemberdayaan dan pencerahan masyarakat serta pengabdian kepada Allah. Kemunculan Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Thusi al-Ghazali yang berhasil memadukan teologi al_Asy’ari dengan fiqih al-Syafi’i dan sufisme, semakin memperjelas misi Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai madzhab keagamaan yang mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keharmonisan seluruh aspek keislaman (iman-islam-ihsan). Kaderisasi Ahlussunnah wal Jama’ah melalui institusi Madrasah Nidzamiyah, dibawah kepemimpinan kharismatik al-Ghazali berhasil melahirkan generasi baru ulama-ulama fikih (al-Faqih, Fuqaha’) al-Syafi’iyah-al-Asy’ariyah dengan karakter khusus,yakni sufistik. Fikih Ahlussunnah wal Jama’ah, dengan demikian, adalah fikih sufistik al-Ghazalianisme. Fikih ini diterima dan dianut oleh sebagian besar ummat Islam di belahan dunia bagian timur, termasuk Nusantara. Nusantara yang memiliki banyak kesamaan tradisi dan budaya sangat apresiatif dan kompromis terhadap fikih Ahsulussnnah wal Jama’ah. Fikih ini lebih mengutamakan tuntunan al-Quran, al-Sunnah (tradisi Nabi SAW), keteladanan Khulafa’ al- Rasyidun (Abu Bakr ash-Shiddiq, ‘Umar bin al- Khothob, ‘Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abu Thalib) serta Tabi’in dan Tabi’ al-Tabi’in. Kehadiran para da’i yang tergabung dalam insitusi Dewan Wali Sanga ke Nusantara semakin memperkokoh eksistensi fikih Ahlussunnah wal Jama’ah bagi kehidupan keagamaan (ibadah ritual, mahdhah) dan keberagamaan (ibadah sosial, ghayu mahdhah) masyarakat Jawa dan Nusantara umumnya. Wali Sanga adalah para ‘ulama pembela teologi Imam al-Asy’ari dan fikih Ahlussuunnah wal Jama’ah. Fikih Ahlussuunnah wal Jama’ah berhasil memberikan tuntunan dan pedoman peribadatan (ritual dan sosial) yang bersandar kepada salah satu dari imam Abu Hanifah, Imam Malik, Muhammad Idris al-Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal. Kehadirannya menjadi sangat penting karena moderasinya dalam memberikan solusi bagi semua persoalan keagamaan dan keberagamaan ummat Islam yang sudah teruji sepanjang sejarah kemanusiaan. Ahslussunnah wal Jama’ah selalu menjadi modal dasar bagi pembangunan bangsa di seluruh belahan dunia. Ahslussunnah wal Jama’ah selalu mengutamakan al-Quran dan al- Sunnah sebagai seumber kebenaran yang otentik dan universal. Di sisi lain keteladanan para sahabat Nabi menjadi inspirasi dan memberikan peluang sangat besar bagi lahirnya kreativitas dan inovasi (ijtihad). Ijtihad para imam dan ulama Ahslussunnah wal Jama’ah adalah representasikearifan lokal jama’ah Ahslussunnah wal Jama’ah dalam memasyarakatkan Islam rahmatan lil ‘alamin.

[error in script]
Item Type: Book
Subjects: H Social Sciences > HM Sociology
Depositing User: suteja suteja suteja
Date Deposited: 02 Feb 2017 09:27
Last Modified: 02 Feb 2017 09:27
URI: http://repository.syekhnurjati.ac.id/id/eprint/611

Actions (login required)

View Item View Item