Penafsiran Ayat-Ayat Cahaya (Studi Komparatif Ayat-Ayat Cahaya Dalam Tafsir Al-Mizan Fi Tafsir Al-Qur'an Dan Tafsir Al-Kabir Wa Mafatih Al-Ghaib)

Annisa Alivia Cahyati, (2023) Penafsiran Ayat-Ayat Cahaya (Studi Komparatif Ayat-Ayat Cahaya Dalam Tafsir Al-Mizan Fi Tafsir Al-Qur'an Dan Tafsir Al-Kabir Wa Mafatih Al-Ghaib). Bachelor thesis, IAIN Syekh Nurjati Cirebon S1 IAT.

[img]
Preview
Text
1908304001_1_cover.pdf

Download (1MB) | Preview
[img]
Preview
Text
1908304001_2_bab1.pdf

Download (906kB) | Preview
[img]
Preview
Text
1908304001_6_bab5.pdf

Download (481kB) | Preview
[img]
Preview
Text
1908304001_7_dafpus.pdf

Download (443kB) | Preview

Abstract

Kata Cahaya di dalam Al-Qur'an diungkapkan dengan kata al-nur, al-Dhiya’, siraj dan misbah. Masing-masing memerlukan pemaknaan yang mendalam karena memiliki makna level-level konteks yang berbeda. Di samping itu, ada perbedaan penafsiran tentang Cahaya antara al-Razi yang bermadzhab sunni dengan Al-Thaba’thaba’i yang bermadzhab syiah. Dalam penelitian ini, metode kualitatif digunakan dengan pendekatan hermeneutika dan jenis penelitian library research. Metode tafsir muqaran digunakan untuk mengkomparasikan antara tafsir al-Mizan dan tafsir al-Kabir Wa Mafatih al-Ghaib mengenai penafsiran ayat-ayat tentang cahaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat cahaya dalam Tafsir al-Mizan dan Tafsir al-Kabir Wa Mafatih al-Ghaib. Serta mengetahui persamaan dan perbedaan penafsiran dari kedua tokoh yakni Al-Thaba’thaba’i dan Al-Razi terhadap pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan penjelasan ayat-ayat tentang cahaya. Hasil penelitian ini menemukan pertama, istilah-istilah cahaya bermakna secara fisik dan metafisik. Bahwa terdapat 2 makna nur dalam al-Qur'an baik secara fisik (Q.S Nuh/71:16, Q.S Yunus: 5, Q.S al-Furqan/25: 61 dan Q.S al-Hadid: 28) dan metafisik (QS. An-Nur/24: 35, Q.S al-Baqarah/2: 257, Q.S al-Ma'idah/5: 15&16, Q.S an-Nisa'/4: 174, Q.S al-Ahzab/33: 43, Q.S al-An'am/6:1, Q.S at-Taubah/9:1). Berdasarkan teknik saintek, jika ditinjau secara materil atau fisis sumber cahaya utama adalah matahari. Matahari memiliki energi yang sangat besar (±1000 watt/m2). Ada cahaya yang dapat diamati secara langsung dan ada yang tidak dapat diamati secara langsung. Kedua, persamaan penafsiran Al-Thaba’thaba’i dan Al-Razi dalam menjelaskan pengertian, makna, tujuan cahaya, penerima, perantara dan pemberi cahaya. Kedua tafsir ini mengatakan, pemberi cahaya adalah Allah, baik yang bersifat material, maupun imaterial. Perantara dalam memberi cahaya-Nya, melalui perantara al-Qur'an dan Nabi Muhammad. Sementara itu perbedaan penafsiran pada Q.S 24: 35, Al-Thaba’t}haba’i memaknai kata nur adalah akal, yaitu setiap alat indera disebut sebagai nur karna ia dapat mengabstraksikan hal-hal yang bersifat material. Sementara dengan Al-Razi, mmaknainya dengan hidayah dalam berilmu dan beramal. Dalam pandangan Al-Razi, cahaya dalam Q.S 24: 35, cahaya tersebut bukanlah cahaya materi yang di persepsi oleh mata lahiriah, tetapi dalam persepsi mata batin (Basirah).

[error in script]
Item Type: Thesis (Bachelor)
Uncontrolled Keywords: Cahaya, Tafsir Muqaran, Syi’ah dan Sunni
Subjects: Filsafat, Psikologi, Agama > BP Islam. Bahaism. Theosophy, etc
Divisions: Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah > Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: H. Tohirin S.Ag
Date Deposited: 19 May 2023 00:46
Last Modified: 19 May 2023 00:46
URI: http://repository.syekhnurjati.ac.id/id/eprint/10380

Actions (login required)

View Item View Item