Sarah Kamila El Islamy, (2024) Hak Anak Dalam Keluarga Quasi Broken Home Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif. Bachelor thesis, S1-Hukum Keluarga.
|
Text
2008201053_1_cover.pdf Download (2MB) | Preview |
|
|
Text
2008201053_2_bab1.pdf Download (870kB) | Preview |
|
|
Text
2008201053_6_bab5.pdf Download (515kB) | Preview |
|
|
Text
2008201053_7_dafpus.pdf Download (587kB) | Preview |
Abstract
Hak anak merupakan hak konstitusi yang dirumuskan dalam pasal 28 B ayat 2 berbunyi ―setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi‖. Anak juga berhak mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua karena hal itu sangat berpengaruh pada mental dan karakter seorang anak. Akan tetapi dalam faktanya seringkali orang tua bekerja untuk mencari nafkah tiada henti hingga lupa menyisakan waktu luang untuk keluarganya. Sehingga dengan perkembangan zaman membuat prilaku anak menjadi bebas jika tanpa adanya perhatian dari orang tua. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang 2021 ada 188 desa di seluruh Indonesia yang menjadi arena perkelahian massal antar pelajar atau mahasiswa. Jawa Barat menjadi provinsi dengan Lokasi Kasus tawuran pelajar terbanyak, yakni terjadi di 37 desa/kelurahan. Cirebon yang merupakan salah satu wilayah yang termasuk jawa barat memang tejadi banyaknya kasus kekerasan, tawuran, dan perundungan remaja di Cirebon dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh banyak factor, bisa karena latar belakang keluarga maupun karena pengaruh lingkungan. Terbentuknya karakter anak berawal dari pemeliharaan kedua orang tua dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu dalam sebuah keluarga seorang anak memiliki hak-hak yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, banyak pula seorang anak yang berprilaku tidak seperti usianya atau berprilaku negatif karena kurangnya kasih sayang dan tidak bisa menghabiskan waktu bersama keluarga. Ini lah yang disebut quasi broken home. Quasi broken home dalam keluarga dapat dilihat bahwa keluarga ini menyerupai keluarga broken home, dimana hubungan antara orang tua dan anak tidak berjalan dengan baik. Namun, orang tua masih utuh. Di samping itu, orang tua lebih sering meninggalkan anak dan menghabiskan kesehariannya diluar rumah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu jadwal kerja yang padat, kurangnya komunikasi, dan pengutamaan kekayaan materi dibandingkan ikatan emosional. Permasalahan penelitian berfokus pada Hak Anak yang tidak terpenuhi dalam Keluarga quasi broken home. Penelitian ini bertujuan untuk memahami Hak Anak dalam Keluarga quasi broken home dengan perspektif hukum Islam dan hukum positif di Indonesia, serta menganalisis pengaruh pola asuh dan komunikasi orang tua terhadap pembentukan karakter anak di MAN 1 Cirebon. Metodologi yang digunakan adalah analisis kualitatif mengenai Hak anak dari keluarga yang quasi broken home berdasarkan perspektif hukum Islam dan hukum positif. Konteksnya mencakup hak-hak seorang anak yang dapat berpengaruh kepada prilaku anak jika tidak terpenuhi oleh orang tuanya. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa quasi broken home merupakan keluarga yang kedua orang tuanya bekerja sehingga memiliki sedikit waktu untuk anaknya. Akan tetapi kenyataannya tidak semua anak yang quasi broken home maupun broken home memiliki prilaku yang buruk, tetapi juga ada yang masih bisa berkomunikasi dengan orang tuanya meski sibuk bekerja seperti hasil wawancara dari informan. Kata Kunci: Quasi broken home, pola asuh orang tua, hak anak, hukum Islam, hukum positif, implikasi perilaku.
| Item Type: | Thesis (Bachelor) |
|---|---|
| Subjects: | K Law > K Law (General) |
| Divisions: | Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam > Hukum Keluarga Islam (Al-Ahwal Al-Syahsyiyyah) |
| Depositing User: | rosyidah rosyidah rosyidah |
| Date Deposited: | 29 Feb 2024 08:00 |
| Last Modified: | 29 Feb 2024 08:00 |
| URI: | http://repository.syekhnurjati.ac.id/id/eprint/12760 |
Actions (login required)
 |
View Item |