BANGKITNYA MATARAM ISLAM PADA ABAD KE-16 HINGGA MASA KERUNTUHANNYA.

BRILIAN ADAM NURALAM, (2023) BANGKITNYA MATARAM ISLAM PADA ABAD KE-16 HINGGA MASA KERUNTUHANNYA. Bachelor thesis, S1-Sejarah Peradaban Islam.

[img] Text
1608301021_1_cover.pdf

Download (941kB)
[img] Text
1608301021_2_bab1.pdf

Download (421kB)
[img] Text
1608301021_6_bab5.pdf

Download (398kB)
[img] Text
1608301021_7_dafpus.pdf

Download (570kB)

Abstract

Ki Ageng Pemanahan barangkali tidak pernah menduga bahwa hadiah dari Sultan Pajang (Hadiwijaya) berupa hutan alas Mentaok menjadi saksi bisu lahir dan berkembang Kerajaan Mataram. Didirikan pada 1558, tanah bekas wilayah Kerajaan Mataram Kuno ini terletak di lereng selatan Gunung Merapi yang terbentang mulai dari Kali Progo sampai dengan Kali Opak. Sepeninggal Ki Ageng Pemanahan pada tahun 1584, Danang Sutawijaya memulai ekspansi kekuasaannya di hampir seluruh Pulau Jawa kecuali daerah Blambangan Jawa Timur, Kesunanan Banten dan Batavia. Tapi sepeninggalnya, Kerajaan Mataram mulai mengalami berbagai kemunduran akibat konflik internal. Ditambah lagi dengan ikut campurnya VOC dalam memecah belah keluarga kerajaan. Hingga kemudian Kerajaan Mataram terpecah menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Mataram. Penelitian ini menggunakan metode sejarah (historical method) melalui proses pengujian dan analisis kesaksian sejarah untuk menemukan data otentik dan terpercaya, serta usaha sintesis atas data yang kemudian diubah menjadi kisah sejarah yang dapat dipercaya. Tahapan penelitian dilakukan melalui heuristik (pengumpulan data) lalu verifikasi (kritik sumber), interpretasi data, dan historigrafi (penulisan sejarah). Adapun hasil penelitian ini adalah pertama, Kerajaan Mataram Islam didirikan oleh Ki Pemanahan yang mendapatkan hadiah berupa tanah Mentaok dari Pajang. Akan tetapi peletak landasan konstitusional yang diwarnai oleh nilai-nilai Islam justru diperkenalkan oleh Panembahan Senopati dan mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Agung. Kedua, pola pemerintahan yang berlaku adalah sentralistik dan masih bersifat tradisional yang berpusat pada raja sebagai pemimpin tertinggi, pada masa Sultan Agung meski pemerintahan bercorak sentralistik pada raja akan tetapi diangkatnya pemimpin di daerah-daerah sebagai perpanjangan tangan raja dianggap mewakili corak demokrasi yang menjunjung tinggi nilai desentralistik. Ketiga, disintegrasi terjadi akibat konflik berkepanjangan dan melibatkan para penerus tahta kerajaan menyebabkan melemahnya kekuatan Mataram Islam, selain itu ikut campurnya Belanda menambah kekisruhan konflik yang berujung pada penandatanganan berbagai perjanjian yang berakibat semakin menyempitnya wilayah yang dikuasai Matara

[error in script]
Item Type: Thesis (Bachelor)
Divisions: Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah > Sejarah Kebudayaan Islam
Depositing User: H. Tohirin S.Ag
Date Deposited: 19 Sep 2025 07:17
Last Modified: 19 Sep 2025 07:17
URI: http://repository.syekhnurjati.ac.id/id/eprint/17474

Actions (login required)

View Item View Item