Pemberdayaan Umat Islam Melalui Pemaknaan Kembali Nilai-Nilai Keislaman

Yayat Suryatna, (2017) Pemberdayaan Umat Islam Melalui Pemaknaan Kembali Nilai-Nilai Keislaman. Jurnal Empower : Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 2 (2). pp. 1-20. ISSN e-ISSN : 2580-0973 1

Full text not available from this repository.

Abstract

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah” (QS. 3: 110). Terjemahan ayat Alquran di atas pernah direalisasikan oleh Rasulullah dan umat Islam terdahulu dalam kehidupan nyata. Mereka menjadi umat terbaik dalam artian yang sesungguhnya.Terbaik secara politik, terbaik secara ekonomi, terbaik secara budaya, terbaik secara moral atau akhlak, terbaik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, terbaik dalam segala aspek kehidupan. Islam dan umat Islam terhebat dan tidak ada yang menandingi kehebatannya, bukan hanya jargon tetapi terbukti dalam realitas kehidupan. Dalam waktu yang amat singkat, mereka berhasil meruntuhkan hegemoni Persia dan Romawi, dua negara adidaya yang ada saat itu, dan melebarkan jangkauan teritorinya hingga mencapai dua pertiga belahan dunia saat itu. Pada zaman keemasannya daulah Islamiyah berperan laksana mercusuar di tengah kegelapan dunia dan menjadi referensi bagi umat-umat agama lain. Namun saat ini, Dunia Islam secara keseluruhan masih berada dalam kultur pra-industri. yang mustahil dapat bersaing dengan Barat yang telah jauh berada dalam kultur industri modern. Jargon kebangkitan Islam yang telah dicetuskan pada abad ke-14 Hijriyah masih belum mampu menghasilkan kemajuan yang signifikan. Di antara negara-negara Muslim di dunia, belum satu pun yang dapat dikategorikan ke dalam negara Industri. Paling banter, negara-negara muslim disebut sebagai negara sedang membangun (develoving countries). Di sebagian besar negara-negara Muslim, kemiskinan dan keterbelakangan masih menjadi fenomena yang akut. Negara-negara Muslim yang berhimpun dalam Organization of Islamic Cooperation/OIC yang merupakan asosiasi lintas negara terbesar kedua setelah PBB dengan anggota sebanyak 57 negara dengan penduduk mencapai 22,5% dari total populasi dunia namun secara akumulasi, negara-negara OIC hanya mampu memproduksi 7,2% saja dari total GDP dunia.Mereka hanya berkontribusi 9% dari total nilai perdagangan dunia (world trade) dan 12% dari nilai perdagangan di antara negara anggotanya (intra-trade). Data di atas menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi umat Islam kontemporer masih sangat marjinal, kurang produktif, tidak kompetitif, dan tidak memiliki kerjasama dan networking yang baik di antara sesamanya maupun dengan negara-negara non-Muslim. Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, setidaknya, ada dua model pembaharuan umat Islam yaitu model Sekulerisme Turki yang memisahkan Islam dari kehidupan berbangsa dan bernegara dan model Islam Arab Saudi yng menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Kedua model pembaharuan dalam Islam tersebut belum menghasilkan kemajuan yang signifikan, karena kedua Negara tersebut sampai saat masih belum masuk kategori Negara industri maju. Berdasarkan realitas tersebut maka diperlukan terobosan-terobosan pemikiran baru guna mengatasi kemandegan ini. Antara lain melalui pemaknaan kembali nilai-nilai dan term-term Islam sehingga Islam menjadi motivator dan dinamisator peradaban yang progresif revolusioner.

[error in script]
Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: keterbelakangan, kemajuan, pembaharuan, nilai-nilai, Islam
Subjects: Filsafat, Psikologi, Agama > BP Islam. Bahaism. Theosophy, etc
Divisions: Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah > Pengembangan Masyarakat Islam
Depositing User: H. Tohirin S.Ag
Date Deposited: 10 Jun 2022 08:29
Last Modified: 10 Jun 2022 08:56
URI: http://repository.syekhnurjati.ac.id/id/eprint/6835

Actions (login required)

View Item View Item