PERBUDAKAN DALAM AL-QUR’A>N (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN BUYA HAMKA DAN SAYYID QUTB)

Meta Ros Nurmifa, (2022) PERBUDAKAN DALAM AL-QUR’A>N (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN BUYA HAMKA DAN SAYYID QUTB). Bachelor thesis, IAIN SYEKH NURJATI. S1 IAT.

[img]
Preview
Text
AWALAN DLL.pdf

Download (1MB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB I.pdf

Download (543kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB V.pdf

Download (273kB) | Preview
[img]
Preview
Text
DAPUS.pdf

Download (307kB) | Preview

Abstract

Islam bukanlah agama pertama yang memulai praktik perbudakan di tengah-tengah perabdaban umat manusia. Ketika Islam muncul di jazirah Arab, perbudakan telah menjadi fenomena sosial yang melekat dan bahkan menjadi bagian penting yang tidak dapat terpisahkan. Praktik perbudakan kala itu telah berkembang menjadi salah satu dari sekian penopang ekonomi masyarakat Arab. Meskipun Islam telah mempersempit ruang-ruang perbudakan dan membetasinya, namun Islam tetap memperlakukan budak�budak yang masih ada dengan perlakuan yang sangat mulia. Islam tidak menjadikan budak-budak tersebut sebagai objek penghinaan ataupun pelecehan. Skripsi ini merupakan penelitian kualitatif berdasarkan data-data kepustakaan yang dihimpun menggunakan metode tematik (maudu>’i) dengan pendekatan studi komparatif antara tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka dan tafsir Fī Ẓilāl al-Qur‟an karya Sayyid Qutb. Skripsi ini merumuskan dua pertanyaan utama: 1). Bagaimana penafsiran ayat perbudakan menurut tafsir Buya Hamka dan Sayyid Qutb?; 2) Bagaimana persamaan dan perbedaan tafsiran ayat perbudakan dari kedua mufassir tersebut?. Skripsi ini mengidentifikasikan 24 ayat dalam al-Qur‟an yang menyinggung secara khusus tentang perbudakan. Terdapat 8 ayat makiyah dan 16 ayat madaniyah. Hasil tulisan ini mengedikasikan bahwa, perbudakan merupakan fenomeka kuno yang selalu ada dalam sejarah panjang umat manusia. Perbudakan telah ada jauh sebelum Rasulullah Saw dilahirkan. Menurut Hamka dalam kitabnya tafsir Al-Azhar, perbudakan disebut dengan Raqabatin, yang dalam bahasa Arab berarti kuduk/leher. Artinya, seseorang yang telah jatuh ke dalam jurang perbudakan adalah sama keadaannya dengan orang yang terbelenggu lehernya. Sedangkan menurut Sayyid Qutb dalam tafsirnya Fī Ẓilāl al-Qur‟an, perbudakan merupakan persoalan darurat (keterpaksaan), artinya hal tersebut memperbolehkan adanya perbudakan saat kondisi peperangan.

[error in script]
Item Type: Thesis (Bachelor)
Uncontrolled Keywords: Perbudakan, Buya Hamka, Sayyid Qutb.
Subjects: Filsafat, Psikologi, Agama > BL Religion
Divisions: Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah > Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: H. Tohirin S.Ag
Date Deposited: 26 Oct 2022 02:18
Last Modified: 26 Oct 2022 02:18
URI: http://repository.syekhnurjati.ac.id/id/eprint/8154

Actions (login required)

View Item View Item