Muslikha Tuty Amaliyah, (2012) PANDANGAN MASYARAKAT CIREBON TERHADAP TRADISI MANDI SUMUR PITU DI DESA ASTANA GUNUNG JATI. Bachelor thesis, IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
|
Text
MUSLIKHA TUTY AMALIYAH_58110019___ok.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Muslikha Tuty Amaliyah : Pandangan Masyarakat Cirebon Terhadap Tradisi Mandi Sumur Pitu Di Desa Astana Gunung Jati Tradisi mandi Sumur Pitu di Desa Astana Gunung Jati sudah melekat di masyarakat, sehingga menarik untuk dikaji. Kebiasaan mandi Sumur Pitu ini menjadi kebiasaan masyarakat, baik masyarakat pribumi maupun dari luar daerah. Kajian mengenai tradisi mandi Sumur Pitu ini akan dikaitkan dengan respon masyarakat. Mengenai pandangan masyarakat bahwa Sumur Pitu dapat mendatangkan kebaikan dan mempunyai banyak manfaat setelah melakukan mandi tersebut. Secara tidak langsung kepercayaan tersebut menjadi berpengaruh terhadap masyarakat setelah mandi Sumur Pitu. Banyak masyarakat yang menyalahgunakan Sumur Pitu sebagai tempat memintaminta. Sumur Pitu merupakan peninggalan Wali yang digunakan sebagai tempat bersuci. Wali dan Sumur Pitu hanya sebagai perantara, yang mengabulkan segala sesuatu adalah Allah. Dalam penelitian ini dirumuskan masalah yang terkait dengan latar belakang di atas yakni: pertama, Apa makna Sumur Pitu di Desa Astana Gunung Jati?; kedua, Bagaimana Sejarah Tradisi Mandi Sumur Pitu di Desa Astana Gunung Jati?; ketiga, Bagaimana pandangan masyarakat terhadap sumur pitu? Adapun penelitian ini bertujuan untuk: pertama, memahami makna Sumur Pitu di desa Astana Gunung Jati, kedua, memahami Tradisi Sumur Pitu di Desa Astana Gunung Jati, dan terakhir, ketiga, Mengetahui pandangan masyarakat terhadap sumut pitu. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode penelitian kualitatif yaitu: observasi dan wawancara (In-dept interview). Dari penelitian ini dihasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Sumur Pitu mengandung makna bahwa manusia harus melakukan kebaikan dan menjaga sifat dasar. Sifat dasar itu terkandung dalam ketujuh sumur yang ada di Desa Astana Gunung Jati tersebut. Pertama; Sumur Kanoman (tawaddu), kedua; Sumur Kasepuhan (dewasa), ketiga; Sumur Jati (ingat akan sejatinya manusia sebagai hamba Allah yang melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya), keempat; Sumur Kemuliaan (taqwa), kelima; Sumur Tegangpati (pasrah kepada Allah), keenam; Sumur Kejayaan (berpegang teguh dalam syariat Islam), dan ketujuh; Sumur Jalatunda (melaksanakan syariat Islam bukan lagi menjadi beban, tetapi sebagai panggilan). Kedua, tradisi mandi Sumur Pitu dilaksanakan setiap malam Jumat Kliwon. Para pengunjung yang mandi Sumur Pitu datang dari berbagai daerah, dengan tujuan yang berbeda-beda. Dahulu sumur tersebut digunakan oleh para wali untuk bersuci dan berwudlu. Sedangkan sekarang sumur tersebut dipergunakan oleh masyarakat untuk tujuan mendapatkan kebaikan, dan sebagian masyarakat meyakini bahwa sumur tersebut mengandung berkah dan karomah. Ketiga, pandangan masyarakat Desa Astana Gunung Jati terhadap Sumur Pitu yaitu Sumur Pitu merupakan peninggalan para wali yang harus dijaga dan dipelihara. Sumur tersebut hanya sebagai perantara, manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, karena semua ketentuan bergantung kepada kehendak Allah SWT.
Item Type: | Thesis (Bachelor) |
---|---|
Subjects: | Filsafat, Psikologi, Agama > BP Islam. Bahaism. Theosophy, etc |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah > Sejarah Kebudayaan Islam |
Depositing User: | rosyidah rosyidah rosyidah |
Date Deposited: | 03 Apr 2017 08:22 |
Last Modified: | 07 Jun 2017 04:05 |
URI: | http://repository.syekhnurjati.ac.id/id/eprint/1537 |
Actions (login required)
View Item |