Makna Sufistik Tradisi Ziarah Kubur (Studi Pada Makam Habib Thoha Bin Hasan Bin Yahya Di Desa Jatiseeng Kidul, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon)

Muhamad Haekal Irham, (2025) Makna Sufistik Tradisi Ziarah Kubur (Studi Pada Makam Habib Thoha Bin Hasan Bin Yahya Di Desa Jatiseeng Kidul, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon). Bachelor thesis, SI- Aqidah dan filsafat agama UINSSC.

[img] Text
1808303007_1_cover.pdf

Download (1MB)
[img] Text
1808303007_2_bab1.pdf

Download (394kB)
[img] Text
1808303007_6_bab5.pdf

Download (348kB)
[img] Text
1808303007_7_dafpus.pdf

Download (351kB)

Abstract

Tradisi ziarah kubur salah satu praktik keagamaan yang telah lama melekat dalam kehidupan masyarakat Islam di Indonesia. Ziarah kubur tidak hanya dipandang sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang telah meninggal, tetapi juga dianggap sebagai sarana untuk mengingat kematian dan mendekatkan diri kepada Allah. Ziarah makam yang dimaksud disini adalah menziarahi makam seorang wali atau makam auliya. Salah satu tradisi ziarah kubur yang memiliki daya tarik tersendiri adalah ziarah ke makam Habib Thoha bin Yahya, seorang ulama dan tokoh spiritual yang dihormati di wilayah Cirebon Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna sufistik yang terkandung dalam tradisi ziarah kubur di makam Habib Thoha bin Hasan bin Yahya yang terletak di Desa Jatiseeng Kidul, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon. Fokus penelitian mencakup praktik tradisi ziarah, perilaku serta motivasi para peziarah, serta dimensi makna sufistik yang melekat pada setiap ritus yang dijalankan. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode hermeneutika Paul Ricoeur untuk menafsirkan simbol, praktik, dan nilai-nilai spiritual dalam tradisi ziarah tersebut. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi ziarah ke makam Habib Thoha melibatkan sejumlah ritual seperti mandi di sumur keramat, shalat sunnah, tahlil, dzikir Ratib al-Kubro, dan Takhtimul Qur’an. Setiap ritus memiliki makna sufistik yang mendalam, seperti pensucian diri, pendekatan spiritual kepada Allah, hingga penguatan nilai-nilai moral dan sosial dalam komunitas Muslim. Motivasi peziarah terbagi menjadi dua, yaitu intrinsik dan ekstrinsik, sebagaimana dijelaskan oleh Al-Ghazali dan diperkuat oleh teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, yang menekankan bahwa kebutuhan spiritual menjadi pendorong kuat dalam aktivitas keberagamaan manusia. Tradisi ziarah ini tidak hanya berfungsi sebagai warisan budaya religius, tetapi juga sebagai sarana penguatan iman, refleksi diri, dan pencarian kedekatan spiritual kepada Tuhan.

[error in script]
Item Type: Thesis (Bachelor)
Uncontrolled Keywords: Tradisi Ziarah Kubur, Makna Sufistik, Habib Thoha, Motivasi.
Subjects: Filsafat, Psikologi, Agama > BL Religion
Divisions: Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah > Filsafat Agama
Depositing User: H. Tohirin S.Ag
Date Deposited: 18 Jul 2025 08:47
Last Modified: 18 Jul 2025 08:47
URI: http://repository.syekhnurjati.ac.id/id/eprint/15388

Actions (login required)

View Item View Item