Ulya Fauziah, (2025) Analisis Maqa>ṣidi Atas Hadis Larangan Perempuan Mengikuti Jenazah Ke Pemakaman. Bachelor thesis, SI- Ilmu Hadist UINSSC.
![]() |
Text
2108307024_1_cover.pdf Download (449kB) |
![]() |
Text
2108307024_2_bab1.pdf Download (186kB) |
![]() |
Text
2108307024_6_bab5.pdf Download (55kB) |
![]() |
Text
2108307024_7_dafpus.pdf Download (99kB) |
Abstract
Pengurusan jenazah adalah kewajiban kolektif dalam Islam sebagai bentuk penghormatan dan solidaritas. Namun, hadis larangan perempuan menghadiri pemakaman yang diriwayatkan oleh Ummu 'Atiyah menimbulkan perbedaan pendapat, sehingga perlu dikaji kualitas dan maknanya agar tidak menimbulkan pemahaman keliru tentang peran perempuan dalam Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan maqāṣid al-sharī‘ah menurut Imam al-Syāṭibī untuk menilai kesesuaian larangan tersebut dengan nilai kemaslahatan Islam. Sementara itu, praktik sosial menunjukkan bahwa perempuan tetap hadir dalam pemakaman, yang mengindikasikan adanya perbedaan antara teks keagamaan dan realitas masyarakat. Rumusan masalah penelitian ini bagaimana kualitas hadis tentang larangan perempuan mengikuti jenazah ke pemakaman dan bagaimana tujuan penyariatan larangan perempuan mengikuti jenazah ke pemakaman. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur, yang bertujuan untuk menelaah secara menyeluruh berbagai sumber ilmiah terkait guna memahami isu penelitian secara mendalam serta mengidentifikasi celah pengetahuan yang masih terbuka untuk dikaji. Hasil penelitian ini adalah pertama, hadis ini diriwayatkan oleh beberapa imam. Imam Bukhari dan Imam Muslim masing-masing meriwayatkan tiga hadis berstatus sahih lidzati. Imam Abu Daud dan Imam Ibn Majah masing-masing meriwayatkan satu hadis. Sedangkan Imam Ahmad meriwayatkan tiga hadis, dua dari Abu Sa’id dan Abdu as-Somad yang berstatus hasan lidzati, dan satu dari Ibn Abi ‘Adi yang berstatus sahih lidzati. Hadis ini termasuk hadis ahad karena hanya diriwayatkan oleh satu sahabat, Ummu 'Atiyah. Meski tergolong mauqūf, mayoritas ulama menganggapnya marfū’ karena terdapat lafaz “nuhīnā” yang menunjukkan larangan berasal dari Nabi Muhammad SAW. Namun, mayoritas ulama menilai hadis ini sebagai marfū’, karena dalam beberapa riwayat terdapat lafaz “nuhīnā” (kami dilarang), yang menunjukkan bahwa larangan tersebut berasal langsung dari Nabi Muhammad SAW, bukan dari inisiatif sahabat semata. Kedua, larangan perempuan mengikuti jenazah ke pemakaman dapat dikecualikan jika mereka menjaga adab dan tidak menimbulkan hal negatif, sehingga keikutsertaan mereka menjadi bentuk kepedulian sosial dan spiritual yang positif. Pendekatan ini sejalan dengan tujuan syariat Islam yang mengutamakan manfaat dan mencegah mudarat, serta mencerminkan fleksibilitas hukum Islam sesuai konteks sosial, sebagaimana dipandang oleh ulama kontemporer.
Item Type: | Thesis (Bachelor) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Larangan Perempuan, Maqasid al-Sari’ah, Ma’anil Hadis |
Subjects: | Filsafat, Psikologi, Agama > BL Religion |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah > Ilmu Hadist |
Depositing User: | H. Tohirin S.Ag |
Date Deposited: | 21 Jul 2025 00:39 |
Last Modified: | 21 Jul 2025 00:39 |
URI: | http://repository.syekhnurjati.ac.id/id/eprint/15401 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |