FITRI AULIA, (2023) MAKNA HADIS LARANGAN BERHUBUNGAN SEKS SAAT ISTRI HAID DAN RELEVANSINYA BAGI KESEHATAN (KAJIAN TAKHRIJ HADIS). Bachelor thesis, S1-Ilmu Hadist.
![]() |
Text
1908307026_1_cover.pdf Download (701kB) |
![]() |
Text
1908307026_2_bab1.pdf Download (379kB) |
![]() |
Text
1908307026_6_bab5.pdf Download (194kB) |
![]() |
Text
1908307026_7_dafpus.pdf Download (251kB) |
Abstract
Hadis Nabi Saw tidak hanya membahas perkara yang berkaitan dengan ibadah, akidah, muamalah, dan sebagainya, tetapi juga banyak menerangkan tentang kondisi biologis dan kodrat seorang wanita, salah satunya yaitu perihal haid. Diantaranya, Rasulullah menyampaikan bahwa bagi wanita yang sedang haid itu dilarang untuk disetubuhi oleh suaminya. Alasannya karena banyak dampak buruk ketika berhubungan intim saat istri sedang haid. Dari sinilah banyak peneliti yang telah membuktikan bahwa antara Islam dengan sains itu saling berkesinambungan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat dua rumusan masalah yang diperoleh yaitu: Pertama, Bagaimana kualitas hadis larangan menggauli istri saat haid. Dan kedua, Bagaimana makna hadis larangan berhubungan seks ketika istri haid serta relevansinya terhadap kesehatan. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu metode kualitatif, dengan cara mendeskripsikan teori-teori serta mengungkap makna dari hadis yang melarang berhubungan seks ketika haid. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini yaitu menggunakan Library Research dengan mengumpulkan sumber data primer maupun sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Majah dengan nomor 639 berkualitas ṣahīh li żatihi. Sigat tahammul yang digunakan dalam sanadnya berbentuk “’an” dan “haddaṡana”, ini membuktikan bahwa perawinya bersambung dan dipastikan terjadi pertemuan antara mereka. Walaupun dalam syarh hadis Ibnu Majah dikatakan bahwa terdapat rawi yang tidak hanya mendapat pujian tetapi juga celaan, yaitu Hakim al-Aṡram. Tetapi penilaian celaan terhadapnya dibantah oleh kaidah-kaidah pada jarh wa ta’dil, sehingga ini yang membuat periwayatannya dapat diterima. Kualitas matannya juga telah dibuktikan bahwa tidak ada pertentangan dengan hadis ṣahīh lainnya, serta tidak bertentangan dengan Al-Qur’an. Sedangkan untuk kuantitasnya, hadis ini termasuk hadis gharib mutlaq. Makna dibalik larangan hadis tersebut bagi laki-laki yaitu dapat menyebabkan penyakit menular seksual seperti epididimitis dan orkitis. Sedangkan dampak buruknya bagi wanita yaitu dapat menimbulkan penyakit kanker serviks, endometriosis, kanker ovarium, kanker vagina, dan kanker vulva. Dan bahaya yang dapat dialami oleh keduanya yaitu HIV/AIDS, trikomoniasis, herves simpleks, kutil kelamin, dll.
Item Type: | Thesis (Bachelor) |
---|---|
Divisions: | Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah > Ilmu Hadist |
Depositing User: | H. Tohirin S.Ag |
Date Deposited: | 15 Sep 2025 02:57 |
Last Modified: | 15 Sep 2025 02:59 |
URI: | http://repository.syekhnurjati.ac.id/id/eprint/17381 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |